Bismillahirrohmanirrahiim
Lagi-lagi
merenung: “Tak menyangka takdir membawaku ke Batavia, meninggalkan semua yang
telah terjadi 19 tahun silam. Tetapi yang pasti bukan meninggalkan seluruhnya, bukan
meninggalkan seratus persen. Keyakinanku suatu saatnya nanti aku akan kembali
ke tempat kelahiranku dengan membawa suatu kebanggaan. Aamiin, semoga Allah
mengabulkan.”
Teman yang
bisa menjadi sahabat,
Hidup tidaklah
bisa selamanya sendiri. Sebagai manusia biasa akupun berharap menemukan
teman-teman yang baik di Batavia. Sempat terfikirkan : disini mencari teman
yang bisa menjadi sahabat itu seperti mencari jarum di dalam jerami, susah.
Tetapi aku yakin jika kita menabur kebaikan maka kita akan mendapatkan kebaikan
jua. Aku yakin karena Allah telah berjanji dalam kitab-Nya.
Bertemanlah
dengan siapa saja. Bukan materi dan fisik yang menjadi ukuran dalam mencari
teman. Apapun dan bagaimanapun jua mereka adalah makhluk ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Di dalam kesempurnaannya, manusia pasti mempunyai kekurangan
dan kelebihan masing-masing. Ambil sisi baik yang bisa memberi manfaat untuk
kita dan simpanlah sisi buruknya yang bisa memberi pelajaran untuk kita, tetapi
kalau bisa dibantu untuk memperbaikinya. Dan semoga ini menjadi ladang pahala
untuk kita.
Dan perlahan
pelangi memunculkan warna-warninya,
Setelah tiga
semester menjalani hari-hari bersamanya. Dari cemberut sampai ketawa, dari
panas sampai hujan, dari macet hingga lancar dan dari cerah hingga petang
pernah kita lalui bersama. Taukah? Perlahan rasa nyaman itu muncul. Ya, aku
merasa nyaman dengan kepribadiannya meski tidak semuanya. Karena aku sadar dia
hanya manusia biasa, baik buruknya pasti ada. Dan nyatanya ini yang membuatku
nyaman. Serius.
Segala sesuatu
yang terjadi di muka bumi ini sudah direncanakan oleh Allah. Kita bertemu jua
karena Allah yang mempertemukan kita. Mungkin kamulah jawaban yang dikirim
Allah untukku. Ya, aku menemukanmu. Engkaulah yang selama ini aku cari. Jika ditanya
bagaimana rasanya setelah menemukan teman yang bisa menjadi sahabat di
tengah-tengah hamparan jerami? Aku akan jawab “Aku sangat bahagia telah bertemu
denganmu dan bersyukur kepada Allah yang telah mengirimkan sahabat sepertimu.
Habis malam yang gelap gulita, akan menerbitkan pagi yang terang benderang.
Semangatkupun mulai terbit kembali seiring terbitnya sang mentari.
Meskipun aku
tidak selamanya tinggal di Batavia, sementara kamu sendiri orang Batavia asli.
Suatu saat nanti takdir tetap akan membawa kita pada suatu keharusan. Pernah
kita bersedih tentang ini, sebuah perpisahan. Kita tahu ini pasti akan terjadi
namun kita yakin apalah arti perpisahan jika masih ada kesetiaan diantara kita.
Dan apalah artinya jarak jika masih ada teknologi yang semakin canggih, sebagai
media yang mampu mengintip dimanapun kita berada. Jadi selama masih ada
kesetiaan untuk berkomunikasi kita mampu melawan apapun yang dapat memisahkan
kita. Ya, ini komitmen kita. Bukan untuk melawan takdir-Nya tetapi hanya bentuk
usaha seorang hamba kepada-Nya tentang masa depan.
Do’aku: apapun
dan bagaimanapun takdir kita, kapanpun dan dimanapun kita berada, kita akan
tetap bisa tersenyum dan tertawa dengan orang-orang di sekitar kita, dengan
keluarga kita, dengan teman-teman kita. Ingat: jika kita baik, orang-orangpun
akan baik kepada kita, insya Allah. Semoga Allah mengabulkan cita dan harapan
kita, semoga Allah senantiasa menganugerahkan kebaikan untuk kita. Aamiin,
aamiin yaa Rabbal alamiin.
Spesial untuk
teman kuliahku,
Terima kasih
untuk sampai saat ini :)
0 komentar:
Posting Komentar