Represi Bahasa Ciyus Miapah


Represi Bahasa Ciyus Miapah
Oleh Surahmat*
Strategi berbahasa seseorang akan membeberkan jati diri. Idiom-idiom seperti ciyus miapah merupakan perang ideologi yang berkecamuk dalam masyarakat dewasa ini. Ruangnya adalah remaja, golongan orang yang paling dominan dan cenderung bersifat konsumtif irasional.
Tiga tesis yang menyelisik alasan kehadiran bahasa alay. Pertama, hadirnya para pembaru yang mencoba memecahkan kebekuan juga kebakuan. Kedua, penutur bahasa alay memiliki energi kreatif berlebih yang tidak tersalurkan pada area konvensional yang tersedia. Ketiga, kemungkinan penutur bahasa alay berasal dari kelompok marjinal yang terpinggirkan dari panggung kebudayaan.
Dua pihak yang patut dicurigai adalah pemilik modal dan politikus. Para pemilik modal membangun habitus baru bahasa untuk melenggangkan praktik konsumsi pada remaja. Lewat cara itu, para pemilik modal mengeruk keuntungan dari komoditas yang mereka perdagangkan, seperti kosmetik, fashion, gadget, layanan komunikasi dll. Pihak kedua yaitu politikus, bahasa alay dimanfaatkan sebagai pengalihan perhatian atas carut-marutnya republik ini.
Jika bahasa alay adalah strategi kapitalis menancapkan hegemoni, pendidik dan orang tua perlu waspada menyikapi. Dalam Trisaktinya, Soekarno menawarkan tiga hal: berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian yang berbudaya.
*Surahmat, sarjana Bahasa dan Sasrta Indonesia Unnes, pegiat komunitas Nawaksara Banjarnegara

Dikutip dari Wacana Lokal Suara Merdeka, Senin, 12 November 2012.